Tarian Katreji - Maluku
Maluku adalah daerah yang memiliki sejarah alkulturisasi yang panjang. Oleh karena itu, tak mengherankan apabila tarian daerah Maluku terpengaruh oleh unsur budaya yang berasal dari luar Maluku. Seperti tari Katreji dan Polonaise misalnya.
Tarian katreji merupakan percampuran budaya Portugis dan Belanda dengan budaya Maluku, karena menggunakan bahasa Portugis dan Belanda pada saat penarinya memberikan aba-aba pada setiap gerak yang dilakukan.
Sedangkan tarian polonaise adalah tarian lambat berasal dari Polandia. Polonaise merupakan kata dalam bahasa Perancis yang berarti "Orang Polandia". Tari polonaise kemungkinan dibawa ke Maluku oleh para pedagang Eropa. Para penarinya saling berpasangan sambil membentuk formasi lingkaran dan biasanya ditampilkan pada saat pesta pernikahan.
Selain Katreji dan Polonaise ada pula tari lainnya yang tak kalah menarik seperti tari cakalele, saureka-reka, tari lenso dan tari bambu gila.
Tarian Adat Maluku
Tari cakalele adalah tarian yang menggambarkan suasana peperangan. Oleh karenanya, para penari biasanya selalu pria dewasa. Mereka melakukan gerakan tarian sambil memegang parang dan salawaku atau Perisai. Bila tari cakalele diperagakan oleh para pria, maka kebalikannya dengan tari Saureka-Reka.
Tarian ini dilakukan oleh para wanita muda yang biasanya masih gadis. Alat yang digunakan adalah empat batang pelepah pohon sagu yang saling bersilangan. Penarinya harus berlompatan dengan lincah untuk menghindari jepitan batang sagu yang digerak-gerakkan oleh penari lainnya, sambil diiringi irama musik ritmis.
Ada pula tarian khas muda-mudi, yaitu tari lenso atau tari selendang. Biasanya tarian ini di bawakan pada saat pesta, seperti pesta pernikahan, panen tahun baru dan perayaan lainnya. Tarian ini dibawakan secara massal, baik pria maupun wanita. Hal tersebut dimanfaatkan untuk mencari pasangan (jodoh).
Bambu Gila, Tarian Unik dari Ternate
Di antara tarian-tarian Maluku, ada satu yang paling unik dan beraroma mistis yaitu tari bambu gila. Tarian ini berasal dari Ternate, Maluku Utara, tepatnya di daerah hutan bambu di kaki gunung Gamalama.
Awal tarian ini digunakan untuk memindahkan kapal kayu yang telah selesai dikerjakan di atas gunung ke pantai. Selain itu, juga dipakai untuk memindahkan kapal yang telah kandas di laut. Bahkan oleh para raja-raja, tari bambu gila ini sering digunakan untuk melawan musuh yang menyerang. Namun seiring waktu berjalan, tarian ini hanya merupakan sekadar hiburan di saat masyarakat mengadakan pesta.
Pada tarian ini, batang bambu yang dipilih haruslah berukuran sekitar 10-15 meter. Sebelum tarian bambu gila dimulai, pawang akan membakar kemenyan atau dupa sambil membacakan doa agar diberikan keselamatan hingga akhir acara. Setelah itu bambu akan terguncang-guncang. Mulanya perlahan, namun lama-lama akan semakin kencang.
Enam orang pria bertubuh besar yang memegangi bambu ini akan terbawa beputar mengelilingi lapangan, mengikuti arah gerakan si bambu. Bambu tersebut seolah-olah memiliki berat berton-ton sehingga enam pria yang membawanya tak kuasa menahannya.
Setelah lebih kurang tiga puluh menit, semua pria tadi akan kelelahan sampai bersimbah keringat. Di akhir tarian, pawang akan membakar selembar kertas lalu dimakan. Setelah, itu barulah sang bambu kan “jinak” dan kembali seperti semula.
Tarian katreji merupakan percampuran budaya Portugis dan Belanda dengan budaya Maluku, karena menggunakan bahasa Portugis dan Belanda pada saat penarinya memberikan aba-aba pada setiap gerak yang dilakukan.
Sedangkan tarian polonaise adalah tarian lambat berasal dari Polandia. Polonaise merupakan kata dalam bahasa Perancis yang berarti "Orang Polandia". Tari polonaise kemungkinan dibawa ke Maluku oleh para pedagang Eropa. Para penarinya saling berpasangan sambil membentuk formasi lingkaran dan biasanya ditampilkan pada saat pesta pernikahan.
Selain Katreji dan Polonaise ada pula tari lainnya yang tak kalah menarik seperti tari cakalele, saureka-reka, tari lenso dan tari bambu gila.
Tarian Adat Maluku
Tari cakalele adalah tarian yang menggambarkan suasana peperangan. Oleh karenanya, para penari biasanya selalu pria dewasa. Mereka melakukan gerakan tarian sambil memegang parang dan salawaku atau Perisai. Bila tari cakalele diperagakan oleh para pria, maka kebalikannya dengan tari Saureka-Reka.
Tarian ini dilakukan oleh para wanita muda yang biasanya masih gadis. Alat yang digunakan adalah empat batang pelepah pohon sagu yang saling bersilangan. Penarinya harus berlompatan dengan lincah untuk menghindari jepitan batang sagu yang digerak-gerakkan oleh penari lainnya, sambil diiringi irama musik ritmis.
Ada pula tarian khas muda-mudi, yaitu tari lenso atau tari selendang. Biasanya tarian ini di bawakan pada saat pesta, seperti pesta pernikahan, panen tahun baru dan perayaan lainnya. Tarian ini dibawakan secara massal, baik pria maupun wanita. Hal tersebut dimanfaatkan untuk mencari pasangan (jodoh).
Bambu Gila, Tarian Unik dari Ternate
Di antara tarian-tarian Maluku, ada satu yang paling unik dan beraroma mistis yaitu tari bambu gila. Tarian ini berasal dari Ternate, Maluku Utara, tepatnya di daerah hutan bambu di kaki gunung Gamalama.
Awal tarian ini digunakan untuk memindahkan kapal kayu yang telah selesai dikerjakan di atas gunung ke pantai. Selain itu, juga dipakai untuk memindahkan kapal yang telah kandas di laut. Bahkan oleh para raja-raja, tari bambu gila ini sering digunakan untuk melawan musuh yang menyerang. Namun seiring waktu berjalan, tarian ini hanya merupakan sekadar hiburan di saat masyarakat mengadakan pesta.
Pada tarian ini, batang bambu yang dipilih haruslah berukuran sekitar 10-15 meter. Sebelum tarian bambu gila dimulai, pawang akan membakar kemenyan atau dupa sambil membacakan doa agar diberikan keselamatan hingga akhir acara. Setelah itu bambu akan terguncang-guncang. Mulanya perlahan, namun lama-lama akan semakin kencang.
Enam orang pria bertubuh besar yang memegangi bambu ini akan terbawa beputar mengelilingi lapangan, mengikuti arah gerakan si bambu. Bambu tersebut seolah-olah memiliki berat berton-ton sehingga enam pria yang membawanya tak kuasa menahannya.
Setelah lebih kurang tiga puluh menit, semua pria tadi akan kelelahan sampai bersimbah keringat. Di akhir tarian, pawang akan membakar selembar kertas lalu dimakan. Setelah, itu barulah sang bambu kan “jinak” dan kembali seperti semula.
0 Response to "Tarian Katreji - Maluku"
Post a Comment